"Kejadian ini merupakan pukulan dan bukti nyata pemangku kebijakan, Dindik Tangsel dan Kapolres telah gagal mengemban tugas," kata Peneliti TRUTH, Suhendar saat dihubungi pada Rabu, (1/8/2018).
Menurutnya, Dindik Tangsel dinilai belum menerapkan sistem pendidikan yang baik sehingga tawuran antar pelajar pecah. "Kebijakan apa yang telah dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan hingga tawuran kembali terjadi? Kurikulum pendidikan apa yang diterpakan hingga siswa begitu beringas dan sadis melukai sesama?," tanyanya.
Suhendar pun mempertanyakan kinerja kepolisian dalam mencegah tawuran. "Untuk apa ada Polres Tangsel jika tidak bisa mendeteksi peristiwa ini. Sebaran anggota polisi banyak, lokasi kejadian tidak jauh dari Mapolres, intel tersebar disemua polsek, bahkan katanya Polres Tangsel punya unit Viper. Kok bisa terjadi tawuran," ujarnya.
Suhendar berharap kejadian ini tidak terulang kembali. Oleh karenanya, dengan segala hormat sebaiknya kepala Dinas Pendidikan dan Kapolres Tangsel agar mundur dari jabatannya. Berikan kesempatan kepada pejabat lain yang mungkin bisa menciptakan lingkungan pendidikan lebih baik bagi pelajar. "Kita sedih dan marah, kenapa ini terus terjadi. Sementara di sisi lain ada lembaga negara yang ditugaskan untuk itu tidak mampu terdepan mencegahnya," tandasnya.
Sebelumnya, pada Rabu, (31/7/2018) sore tawuran pelajar terjadi di Jalan Puspiptek, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangsel. Pada peristiwa ini satu pelajar luka parah tertusuk benda tajam dibagikan wajah.