Tangerang, lensafokus.id - Maraknya keterlibatan pelajar dalam aksi geng motor dan tawuran antar pelajar menjadi keprihatinan serius banyak kalangan, terutama di wilayah-wilayah urban seperti Kabupaten Tangerang. Fenomena ini tak hanya mencoreng wajah dunia pendidikan, tetapi juga mengindikasikan adanya krisis nilai dan karakter di kalangan generasi muda. Menanggapi kondisi tersebut, praktisi pendidikan yang juga dosen Universitas Insan Pembangunan Indonesia (UNIPI), Dr. Masduki Asbari, mendukung gagasan yang menarik sekaligus kontroversial yang sempat diinisiasi oleh Gubernur Jabar: mengirim siswa bermasalah ke barak militer untuk dibina secara intensif.
“Ini bukan pendekatan militeristik dalam pengertian represif,Justru ini adalah bentuk rehabilitasi sosial yang bertujuan mengembalikan arah hidup siswa kepada nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan cinta tanah air.”tegas Masduki saat ditemui di sela-sela aktivitasnya di Aya Sophia Islamic School, tempat ia menjabat sebagai manajemen sekolah. Jumat (02/05/2025).
Masduki menilai bahwa penanaman karakter tidak bisa hanya dilakukan lewat pendekatan normatif di ruang kelas. Ketika anak telah masuk dalam lingkaran kekerasan dan pergaulan menyimpang, maka diperlukan shock therapy yang tepat dan mendidik.
Menurutnya, barak TNI menyediakan suasana pembelajaran yang berlandaskan keteraturan, kerja keras, serta rasa hormat terhadap otoritas, nilai-nilai yang kini makin pudar dalam lingkungan pelajar. Ia menegaskan bahwa pembinaan seperti ini bukan berarti negara gagal mendidik anak, tetapi justru bentuk tanggung jawab negara untuk menyelamatkan generasi muda dari keterpurukan moral. “Filsafat pendidikan tidak hanya bicara soal transfer ilmu, tapi juga pembentukan watak. Di sinilah negara harus hadir melalui pendekatan-pendekatan strategis yang menyelamatkan.”
Namun, Masduki menolak jika pembinaan di barak dijadikan satu-satunya jalan keluar. Ia menekankan bahwa langkah terbaik tetaplah pencegahan. Dalam konteks ini, ia mengusulkan agar Gerakan Pramuka kembali mendapatkan tempat strategis dalam dunia pendidikan. “Pramuka bukan sekadar kegiatan ekskul seremonial. Ia adalah sistem pendidikan karakter yang lengkap. Ada kurikulum, ada pembiasaan, ada latihan kepemimpinan, kerja sama, dan ketangguhan mental,” ujarnya penuh keyakinan.
Masduki menilai, Pramuka merupakan warisan pendidikan nonformal yang telah teruji selama puluhan tahun dan memiliki daya adaptasi tinggi dengan kebutuhan zaman. “Dengan menghidupkan kembali semangat kepramukaan secara utuh, kita tidak hanya mencegah siswa terjerumus ke geng motor dan tawuran, tapi juga membentuk pribadi tangguh yang siap memimpin masa depan,” tambahnya. Ia mendorong agar Pramuka tidak hanya dihidupkan di sekolah, tetapi juga dikembangkan dalam bentuk komunitas berbasis RT/RW atau kelurahan sebagai bagian dari pendidikan masyarakat.
Sebagai akademisi sekaligus ketua Lakpesdam PCNU Kabupaten Tangerang, Dr. Masduki juga mengingatkan pentingnya pendekatan berbasis data dan kajian kebijakan dalam mengambil langkah strategis. Ia mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang untuk mempertimbangkan gagasan pengiriman siswa ke barak TNI dengan terlebih dahulu melakukan kajian mendalam dan evaluasi kesiapan teknis dan sosial. “Kita tidak bisa melangkah tanpa peta jalan yang jelas. Harus ada riset, dialog lintas sektor, dan kesiapan seluruh pihak, termasuk orang tua dan lembaga pendidikan,” katanya.
Lebih jauh, Masduki menyarankan agar Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang memimpin gerakan kolaboratif antara sekolah, organisasi kepemudaan, tokoh agama, dan aparat keamanan untuk menyusun peta jalan pembinaan karakter remaja berbasis lokalitas. “Kita perlu sinergi. Tidak bisa diserahkan hanya pada sekolah atau keluarga. Ini tanggung jawab bersama sebagai bangsa.”
Masduki menutup perbincangan dengan harapan, bahwa ikhtiar ini tidak berhenti di tataran wacana. “Jika kita sungguh ingin menyelamatkan masa depan anak-anak kita, maka inilah saatnya bertindak dengan strategi yang tepat, kemauan politik yang kuat, dan semangat kolaborasi yang tulus.”
Dengan pendekatan yang menyatukan disiplin, nilai-nilai luhur, dan sistem pendidikan yang integral, Dr. Masduki Asbari menunjukkan bahwa upaya membina generasi muda haruslah disertai dengan keberanian mengambil langkah-langkah strategis dan inovatif, demi masa depan yang lebih baik. (Rm)