Terlihat air limbah menggenangi jalan di depan pasar Tigaraksa setiap hari. Lebih parah lagi saat hujan turun, air bisa meluap hingga ke SMP Negeri 1 Tigaraksa. Saat Lensa Fokus berkunjung ke SMP Negeri 1 Tigaraksa menemui Wakasek Bidang Pembangunan Budiono di ruang kerjanya, mengeluhkan dengan pembangunan drainase yang dilaksanakan tahun 2018 di wilayah Pasar Tigaraksa.
"Jam belajar sekolah sering kali terganggu ketika musim hujan, karena air masuk ke dalam ruangan tempat belajar mengajar," ungkap Budiono.
Hal ini, lanjut Budiono, sudah dilaporkan baik kepada kelurahan maupun kecamatan tapi sampai saat ini masih tetap seperti ini belum ada perbaikan.
ia berharap kepada pemerintah daerah yang membidangi pembangunan tersebut agar segera dilakukan perbaikan.
lebih jauh Budiono menjelaskan, ketika musim kemarau seperti ini genangan air mengundang berbagai penyakit sehingga ia khawatir imbasnya terjadi kepada para siswanya, karena air yang tergenang di selokan-selokan tersebut bermuara disitu.
Selain itu saat turun hujan, air merendam sejumlah toko di sekitar jalan tersebut. Hal ini disebabkan, pembangunan drainase tidak terhubung dengan drainase lainnya di Jalan Raya Katomas, Tigaraksa.
Edi, Salah satu warga sektiar mengungkapkan, setiap kali hujan turun SMPN 1 Tigaraksa terendam air. Sebaiknya pembangunan drainase yang dikerjakan tahun 2018 lalu itu, tidak dibuang ke aliran sungai. Pembangunan drainase putus hingga belokan jalan menuju Polsek Tigaraksa.
"Sesudah dibangun draniase Pasar Tigaraksa malah makin parah genangan airnya. Sebab tidak dibuang ke aliran sungai," tuturnya.
Ketua Lembaga Independen Pemantau Pembangunan Indonesia (LP2I) Ibnu Kholdun menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan tidak profesional dalam membuat perencanaan pembangunan. Pihaknya pernah melayangkan surat kepada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air untuk mengklarifikasi masalah ini.
"Ini jelas ada kesalahan dari pihak dinas. Kalau tidak perencanaan yang salah, ya pengawasan pembangunanya yang tidak maksimal. Sehingga pelaksana proyek mengerjakan draniase asal jadi," ujar Ibnu Kholdun.
Menurut Ibnu, proyek yang menelan anggaran Rp 906.144.000 ini dikerjakan oleh CV Mutiara Hitam yang beralamat di Lembang Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, pada akhir tahun anggaran 2018. Semestinya proyek ini menjadi solusi pembuangan air limbah bagi warga sekitar bukan malah menambah masalah.
Hal senada dikatakan Anggota Gema nasional Indonesia (GNI) Provinsi Banten Wahyu. Ia sangat menyayangkan ada pembangunan drainase yang asal jadi malah merugikan masyarakat. Warga sekitar setiap hari disuguhkan air limbah berwarna hitam dan bau tidak sedap.
"Ini jelas sangat mengganggu warga sekitar dan pengguna jalan. Selain jalan becek dan bau, tentu jalan juga akan mudah rusak karena terendam air setiap hari," tegasnya.
Namun sangat disayangkan ketika Lensa Fokus menemui Kadis sedang tidak ada ditempat. Menurut Satpol PP kadis tidak ada ditempat, sedang ke Jakarta. Dan ketika wartawan mencoba menghubungi via handphone dengan mengirimkan sms namun tidak ada jawaban. (Tim)