Miris, Warga Jayanti ini Hidup dengan Kemiskinan

Suriah, warga miskisn asal Kecamatan Jayanti. Suriah, warga miskisn asal Kecamatan Jayanti. Sutisna

TANGERANG-Miris, itulah yang dirasakan Suriah (47) warga Kampung Gandasari Rt.08/04 Desa Jayanti  Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang ini. Pasalnya, sudah hampir tiga tahun menderita penyakit paru – paru.

 Suriah yang merupakan Istri dari Anton (49) Tahun yang memiliki dua orang anak dan kini tidak dapat lagi bekerja untuk memberikan nafkah. “Yang parah baru beberapa tahun belakangan ini,” ucap Suriah pada Jumat, (10/8/2018).

Dirinya yang sehari-hari nya biasa bekerja sebagai pembantu rumah tangga, beberapa tahun belakangan ini sudah tidak dapat lagi karena penyakit paru-paru yang dideritanya semakin hari semakin parah. “Iya, jangankan mau bekerja, mau makan saja susah, jari tangan saya sudah tidak bisa lagi menggenggam, sudah kaku,” ungkapnya.

Suriah mengaku sudah beberapa kali berobat kesana-kesini, keluar masuk rumah sakit, akan tetapi penyakit yang di derita nya tak kunjung sembuh. “Dulu pernah masuk rumah sakit, kata dokter penyakit saya ini asam urat, paling kalau berobat juga ke puskesmas kalau lagi megang uang, kalau gak punya uang tidak berobat,” katanya.

Hingga kini dirinya hanya bisa berdiam diri di rumah dan berharap ada perhatian dari pihak pemerintah terkait apa yang dideritanya, karena selama ini saya sama sekali belum pernah mendapatkan perhatian pemerintah. “Iya, saya berharap ada perhatian dari pemerintah, meringankan beban saya, dan membantu saya dalam melawan penyakit saya ini,” terangnya.

Tak hanya itu. penderitaan Suriah juga ditambah rumahnya yang sudah tak layak huni. Dinding rumah yang terbuat dari bilik bambu tampak telah rapuh, atap rumah pun serupa, tak sedikit genteng yang telah pecah, sementara pintu hanya ditutupi bilik bambu, karena pintu telah lama rusak.

Serta, Kondisi di dalam rumah pun seperti kapal pecah, bahkan rumah tersebut tidak memiliki kamar mandi. Suriah setiap hari harus menumpang mandi dan mencuci di sumur tetangga, sementara untuk buang air besar, ia harus pergi ke kamar mandi di musholla.

"Saya cuma bisa pasrah, mau gimana lagi, walau kalau hujan ya kehujanan. Kalau malam kedinginan dan dikerubuti nyamuk, pengen rumah dibedah tapi gak ada biaya, buat makan aja susah,” tandasnya.

Rate this item
(0 votes)
Go to top