Kementrian PUPR Dorong Generasi Milenial Miliki Rumah Layak Huni

TANGERANG, lensafokus.id -- Milenial merupakan salah satu kelompok masyarakat terbesar dari total populasi penduduk Indonesia. Berdasarkan Data Sensus Penduduk 2020 Badan Pusat Statistik (BPS), 25,8% dari total 270,20 juta penduduk Indonesia adalah milenial berusia 24-39 tahun. Sedangkan masyarakat dengan kelompok usia terbanyak adalah Gen Z yang lahir dalam rentang 1997-2002 sebesar 27,94%.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong generasi milenial di Indonesia agar mendapatkan hunian yang nyaman. Namun, kenyataannya generasi milenial dinilai cukup kesulitan ketika ingin membeli hunian, baik itu rumah maupun apartemen.

Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid, mengungkapkan, generasi milenial kerap menghadapi kendala finansial ketika ingin mewujudkan pembelian properti. Sebab, generasi milenial adalah kelompok yang baru memulai karier dengan pendapatan yang masih tergolong rendah untuk mendapatkan hunian yang harganya semakin mahal.

"Generasi milenial Indonesia saat ini dihadapkan dengan persoalan sulitnya memiliki rumah. Hal ini terjadi antara lain disebabkan karena pengeluaran konsumsi milenial tinggi, kenaikan upah rendah hingga persoalan suku bunga," kata Khalawi.

Namun, dalam hal ini, generasi milenial memiliki pandangan yang berbeda. Rumah tidak lagi menjadi prioritas. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, dari mulai penghasilan yang dinilai pas-pasan hingga biaya lifestyle yang tinggi.

Hal ini bisa saja diatasi dengan mendisiplinkan diri untuk menabung. Namun sepertinya menabung tidak bisa dipastikan dapat menjadi kebiasaan generasi milenial. Selain itu, jika dilihat kembali, generasi milenial menaruh preferensi lebih pada hal-hal lain di luar properti, misalnya gawai dan jalan-jalan. Dan juga melihat pola pikir generasi milenial yang sudah berubah soal kepemilikan. Sekarang ini, generasi milenial cenderung lebih memilih sewa hunian, berbeda dengan apa yang dilakukan generasi sebelumnya.

Di samping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa harga rumah memang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pemerintah sudah mensiasati hal ini dengan menyediakan perumahan murah bersubsidi, akan tetapi, bagi milenial, harganya masih terlampau tinggi sehingga terasa berat. Saking tingginya harga rumah, banyak milenial bahkan sudah mengubur impian untuk memiliki rumah dan lebih memilih untuk mengalokasikan dananya untuk kebutuhan lain.

Meski demikian, tidak semua milenial tidak mau memiliki rumah. Mereka bukannya tidak mau, hanya belum berani atau belum terpikir saja. Atau ada juga yang sebenarnya sudah ingin membeli rumah, tapi belum berani.

Untuk menyikapi hal itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar para kaum milenial bisa memiliki hunian yang layak. Dari mulai menyadari bahwa ada baiknya mereka melihat rumah sebagai investasi yang meskipun tidak ditinggali, rumah tersebut bisa disewakan untuk tabungan masa depan.

Hal kedua yang bisa juga dilakukan adalah dengan mengurangi biaya gaya hidup yang tinggi. Misalnya dengan tidak perlu terus menerus mengejar perkembangan teknologi dengan membeli gawai baru jika memang tidak terlalu dibutuhkan. Atau mengurangi kegiatan nongkrong di kedai kopi favorit setiap hari dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.

Atau jika memang sudah menabung tetapi belum juga bisa membeli rumah karena harga rumah terus melambung, para kaum milenial bisa juga mempertimbangkan untuk mengikuti program KPR.

(Agie Rahmatullah)

Rate this item
(0 votes)
Go to top